Selasa, 27 Desember 2016

SUBHANALLAH, ADA "KOPASSUS" YANG MASIH BELIA DI PURWAKARTA. KISAHNYA BIKIN KAMU TERHARU

SUBHANALLAH, ADA "KOPASSUS" YANG MASIH BELIA DI PURWAKARTA. KISAHNYA BIKIN KAMU TERHARU
Yadi Mulyadi



Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meninjau lokasi penggerebekan teroris di Kolam Jaring Apung (KJA) Zona I Waduk Jatiluhur, Desa Cibinong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.

Saat melakukan peninjauan, ada satu sosok anak yang mencuri perhatian Dedi. Anak dengan perawakan kurus dengan kaos bertuliskan Komando khas milik Kopassus itu mencuri perhatian Dedi lantaran satu-satunya yang bermain di sekitaran Dermaga Ubrug yang tidak jauh dari lokasi penggerebekan.

"Keur naon? Kelas sabaraha? (Lagi apa? Kelas berapa?)," tanya Dedi pada sang anak.

Ternyata anak yang bernama Yadi Mulyadi (12) itu tengah membantu orang tuanya mencari sampah plastik di sekitaran dermaga. Beberapa tahun terakhir dia berhenti sekolah karena mengikuti orang tuanya yang bekerja di Palembang. Dan terakhir Yadi hanya mengenyam bangku sekolah hingga kelas empat SD.

Saat ini Yadi tinggal bersama orang tuanya Udin (45) dan Pipih (40) di sebuah gubuk yang berada di sebuah pulau di tengah Waduk Jatiluhur yang masuk dalam wilayah Kampung Pasir Kadongdong, Kecamatan Jatiluhur. Mereka baru beberapa tahun menempati gubuk tersebut, lantaran aslinya berasal dari Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Nyak geus mulai ajaran anyar maneh ku urang sakolakeun di SD Cibinong. Teu nanaon lain warga Purwakarta oge. Nu penting kudu sakola. (Ya sudah mulai tahun ajaran baru kamu boleh saya sekolahkan di SD Cibinong. Tidak apa-apa bukan warga Purwakarta juga. Yang penting harus sekolah)," jelas Dedi.

Tidak berselang lama Dedi-pun langsung merogoh dompet dan memberikan sejumlah uang pada stafnya untuk dibelikan seragam, tas, sepatu, dan peralatan untuk sekolah Yadi. Sambil menunggu Dedi dan Yadi pun sempat berbincang santai di sebuah warung pinggir dermaga.

Tak disangka, dalam perbincangannya itu Yadi memberi saran agar Bupati Dedi memperketat pengamanan terutama bagi pemancing umum. Para pemancing, kata Yadi, sudah seharusnya melapor ke RT atau RW dan menitipkan identitasnya.

"Jadi ameh tertib sareng aman Pak. (Jadi biar tertib dan aman Pak)," saran Yadi.

Ternyata hal tersebut pun langsung direspon positif oleh Dedi. Bahkan dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Perum Jasa Tirta (PJT) II selaku pemilik kewenangan agar membangun sejumlah pos baru dan menerapkan ide Yadi berupa pencatatan identitas.

Tidak sampai di situ, kekaguman Dedi terhadap Yadi pun terus bertambah. Saat Yadi meminta izin menjemput kedua orang tuanya di rumah untuk dipertemukan dengan Dedi. Tanpa pikir panjang Dedi pun mengiyakan hal tersebut.

Ternyata Yadi menjemput kedua orang tuanya itu menggunakan perahu motor. Bak orang dewasa, dia sudah lihai mengendalikan perahu yang berukuran besar tersebut. Hingga akhirnya Yadi pun kembali dan membawa kedua orang tuanya dengan perahu yang sama.

"Hebat maneh euy sagala bisa. Bisa mere ide ka Bupati, bisa mawa parahu sorangan, bisa mantuan kolot oge. Bisa ngojay teu? (Hebat kamu bisa segala. Bisa kasih ide ke Bupati, bisa bawa perahu sendiri, bisa bantu orang tua juga. Bisa berenang tidak?)," tanya Dedi sepulanynya Yadi menjemput kedua orang tuanya.

Tanpa basa-basi Yadi pun langsung menuju tepi dermaga dan membuka kaos Komando miliknya. Dan 'byur!', Yadi pun berenang hingga menjauh dari tepian dermaga tanpa rasa takut tenggelam atau takut kedalaman sekalipun. Selang beberapa saat berenang Yadi pun kembali ke tepian.

"Wah bener hebat euy. Eta make baju Komando Kopassus emang hayang jadi tangtara? (Wah benar hebat. Itu pakai baju Komando Kopassus memang mau jadi tentara?)," tanya Dedi kembali.

"Muhun, Pak. (Iya, Pak)," jawab Yadi.

"Sok sakola sing bener heula. Maneh bakat geus aya, kahayang geus aya, ku saya doakeun bisa jadi anggota Kopassus. Ngaran oge geus saruan aya Mulyadi. Kuring oge baheula tukang angon domba, teu nyangka bisa jadi bupati. (Sekolah yang bener dulu. Kamu sudah punya bakat, keinginan juga ada, oleh saya doakan semoga bisa jadi anggota Kopassus. Nama juga sama ada Mulyadi. Saya dulu tukang gembala domba, tidak menyangka bisa jadi bupati)," tutur Dedi.

Dengan segudang bakat yang dimiliki Yadi, Dedi pun menawarkan sejumlah penyaluran. Diantaranya ikut kelab renang, kelab dayung, hingga menjadi informan khusus dalam bidang kebersihan dan pengawasan di daerah tempat tinggalnya. Terpenting saat ini Yadi diharuskan meneruskan sekolah.

"Pokokna kudu sakola heula. Teu kudu pusing mikiran lain orang Purwakarta. Engke balik sakola maneh bisa jadi informan khusus ka kuring, bisa oge engke ku kuring diasupkeun ka club renang atawa club dayung. Siap teu? (Pokoknya harus sekola. Tidak perlu pusing mikir bukan orang Purwakarta. Nanti pulang sekolah kamu bisa jadi informan khusus ke saya, bisa juga nanti oleh saya dimasukan ke kelub renang atau dayung. Siap tidak?)," tanya Dedi kembali.

"Siap Pak," tegas Yadi mengakhiri pertemuan tersebut.